Jacob Ereste: Paradigma Sukses Purbaya Yudhi Sadewa Membangun Kesadaran Moral dan Etika Bangsa


Jakarta , kabarpersbhayangkara.com — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan publik setelah pandangan spiritualnya tentang makna kesuksesan viral di berbagai forum dan kanal media. Dalam refleksi yang disampaikan melalui diskusi publik, Purbaya menyebut bahwa “definisi sukses sejati adalah mati masuk surga.”

Pandangan itu dinilai menggambarkan kedalaman spiritual dan kesadaran moral seorang pejabat publik yang menempatkan keberhasilan bukan pada harta atau jabatan, melainkan pada amal kebajikan dan keikhlasan menjalankan tugas.

Purbaya menekankan, kesuksesan sejati hanya dapat dicapai ketika manusia hidup sesuai tuntunan agama dan nilai moral yang luhur. “Kesadaran spiritual dan akhlak mulia adalah dasar dari semua tindakan manusia agar kelak diterima Tuhan di surga,” ujarnya dalam salah satu pernyataan publik yang dikutip dari berbagai sumber pada Kamis (24/10/2025).

Penulis dan pemerhati kebangsaan Jacob Ereste menilai pandangan Purbaya Yudhi Sadewa itu sebagai pemikiran yang relevan dengan nilai-nilai Pancasila dan jati diri bangsa Indonesia.
Menurut Ereste, definisi “mati masuk surga” bukan hanya ungkapan religius, tetapi juga pesan moral bagi para pejabat negara untuk menjauhi perilaku tidak manusiawi seperti penyalahgunaan wewenang, korupsi, dan ketamakan yang merugikan rakyat.

“Seorang pejabat yang menyelewengkan jabatan telah mengkhianati nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Ia bukan hanya melanggar hukum negara, tapi juga hukum moral dan spiritual,” tulis Jacob dalam refleksi yang disampaikan di Banten, Kamis (24/10/2025).

Jacob juga menyampaikan bahwa upaya pemberantasan korupsi perlu ditegakkan lebih keras, bahkan tidak menutup kemungkinan diberlakukan hukuman tegas seperti perampasan aset hasil kejahatan. Namun, ia menegaskan bahwa pendekatan moral dan spiritual tetap harus menjadi pilar utama dalam membangun bangsa yang bersih dari perilaku culas.

Refleksi tersebut juga mengingatkan publik agar tidak terjebak pada paradigma sukses yang diukur dari kekayaan, jabatan, atau status sosial semata.
“Dalam pandangan spiritual, sukses bukan tentang seberapa banyak kita memiliki, tapi seberapa banyak manfaat yang kita berikan,” tulis Jacob.

Ia menyoroti bahwa pandangan seperti ini penting di tengah maraknya perilaku materialistik dan penyimpangan etika di masyarakat modern. Menurutnya, bangsa yang besar harus dibangun di atas fondasi akhlak mulia, bukan semata pencapaian ekonomi.

Jacob menutup refleksinya dengan pesan bahwa kesadaran spiritual dan moral perlu dijadikan pijakan bagi generasi bangsa agar Indonesia tumbuh menjadi negara yang beradab, adil, dan berkepribadian kuat.
“Bangsa yang ingin maju harus menegakkan etika dan spiritualitas sebagai tiang utama peradaban,” pungkasnya.
---
Catatan Redaksi:

Tulisan ini merupakan hasil kompilasi dan penyusunan dari berbagai sumber terpercaya dan terbuka, termasuk pernyataan publik tokoh serta naskah refleksi kebangsaan. Redaksi menyajikan secara berimbang untuk memperkaya wacana publik, tanpa bermaksud menilai atau menuduh pihak manapun.(red)

0/Post a Comment/Comments