Banten, kabarpersbhayangkara.com - Sastrawan dan jurnalis senior Jacob Ereste kembali menegaskan pentingnya dunia tulis-menulis sebagai sarana menjaga akal dan nalar tetap sehat. Dalam paparannya bertajuk “Menulis untuk Menjaga Akal Tetap Sehat”, Jacob menyampaikan pandangan mendalam tentang peran penulis di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
“Menulis bisa menjadi pekerjaan utama bagi mereka yang sungguh berminat dan memiliki motivasi yang kuat,” ujar Jacob dalam kegiatan diskusi terbatas Atlantika Institut Nusantara bersama Forum Jurnalis Indonesia Bersatu di Tangerang, Banten (5/6/2022).
Menurutnya, menjadi penulis yang serius membutuhkan bekal pengetahuan luas — mulai dari kemampuan berbahasa, wawasan sosial, hingga kemampuan analitis untuk merangkai ide yang bermanfaat bagi publik.
“Seorang penulis yang baik adalah juga pembaca dan pendengar yang baik,” tegas Jacob.
Ia menilai, banyak orang memulai kegiatan menulis setelah memasuki masa purna tugas, baik untuk mengisi waktu luang maupun menjaga daya pikir agar tetap tajam. “Motivasi menulis tidak selalu karena uang atau penghargaan. Kadang, menulis adalah cara untuk menjaga pikiran agar tidak tumpul,” tambahnya.
Jacob juga menyinggung soal penghargaan terhadap profesi penulis di Indonesia yang masih rendah. Namun, ia mengingatkan agar motivasi menulis tidak hanya berorientasi pada materi.
“Menulis itu bagian dari ibadah. Jika menulis hanya dianggap pekerjaan, maka hasilnya sebatas upah. Tapi bila diniatkan sebagai ibadah, maka pahalanya dari Allah,” ujarnya.
Dalam pandangan Jacob, menulis tidak hanya soal menuangkan ide di atas kertas, tetapi juga latihan kesabaran, ketekunan, dan kejujuran berpikir. Ia menegaskan, etika dan moral harus selalu menjadi pondasi utama setiap karya tulis.
“Dalam menulis, kita belajar menjaga emosi, ketelitian, dan nilai kemanusiaan. Bahasa yang beretika mencerminkan akhlak penulisnya,” tutupnya.
Paparan ini menjadi refleksi penting di tengah menurunnya minat baca dan menulis di kalangan masyarakat modern. Jacob mengajak agar dunia literasi kembali dijadikan ruang olah pikir, bukan sekadar hiburan sesaat.
---
Catatan Redaksi:
Tulisan ini dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, termasuk dokumentasi kegiatan Atlantika Institut Nusantara dan Forum Jurnalis Indonesia Bersatu, dengan tetap mengedepankan prinsip kode etik jurnalistik dan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Posting Komentar